PeRkEmBaNgAn DuNia OtoMoTif
SEJARAH OTOMOTIF DI INDONESIA
Sabtu, 08 Maret 2014
Perkembanan dunia Otomotif
Sejarah dunia otomotif dimulai ketika Nicolaus August Otto menemukan mesin motor pada tahun 1876. Kemudian, pada tahun 1885 Gottlieb Daimler menemukan mesin berbahan bakar minyak yang memungkinkan terbukanya revolusi pada lahirnya desain mobil. Penemuan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Karl Benz, seorang mechanical engineer yang pertama kali membangun mobil praktis yang dijalankan oleh mesin yang disebut sebagai internal-combustion engine pada tahun 1985.
Sejarah Asal Mula Sepeda Motor Di Indonesia
SEJARAH ASAL MULA SEPEDA MOTOR DI INDONESIA
Asal Usul Sepeda Motor di Indonesia,
kenderaan roda 2, Sejarah Sepeda Motor, sepeda motor, Sepeda Motor Indonesia
Sudah lama punya sepeda
motor? Tahukah Anda sejarah Sepeda Motor di Indonesia? Nah rupanya masuknya
sepeda motor ke Indonesia ada sejarahnya juga. Mari kita simak ulasannya yang
saya kutip dari salah satu situs online.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang ingin tahu Sejarah Sepeda Motor di
Indonesia.
Sepeda motor di Indonesia pertama kali dimiliki oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama John C. Potter pada tahun 1893. Sehari-hari J.C. Potter bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca: Umbul) Probolinggo, Jawa Timur. J.C. Potter juga dikenal sebagai penjual mobil yang mendapat kepercayaan Sunan Solo untuk mengurusi pengiriman mobil pertamanya dari Eropa.
Dalam buku Krèta Sètan (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C. Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.
Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama milik Sunan Solo (merk Benz tipe Carl Benz) tiba di Indonesia. Hal itu menjadikan J.C. Potter sebagai orang pertama di Indonesia yang menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, ada hal yang menarik apabila kita mengamati tahun kedatangan sepeda motor tersebut.
Untuk diketahui, sepeda motor pertama di dunia (Reitwagen) lahir di Jerman pada 1885 oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach tetapi belum dijual untuk umum. Tahun 1893, sepeda motor pertama yang dijual untuk umum dibuat oleh pabrik sepeda motor Hildebrand und WolfmĂĽller di Muenchen, Jerman. Sepeda motor ini pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1895 ketika seorang pemain sirkus asal Perancis membawanya ke New York. Jadi, meski yang membawanya bukan orang pribumi Indonesia, tetapi sebuah hal yang luar biasa ketika sepeda motor komersial pertama di dunia ternyata langsung dikirim ke Indonesia pada tahun pertama pembuatannya. Terlebih lagi, baru dua tahun kemudian sepeda motor komersial pertama tersebut masuk Amerika Serikat. Jadi, sepeda motor yang pertama kali masuk Indonesia merupakan sepeda motor pertama di dunia juga.
Sepeda motor ini tidak menggunakan rantai dan roda belakang digerakkan langsung oleh kruk as (crankshaft). Meski berusia ratusan tahun, ternyata motor komersial pertama di dunia ini sudah mengusung teknologi yang sampai saat ini masih dipakai diantaranya adalah twin-silinder horizontal, 4 valve, berpendingin air, dan berkapasitas mesin besar yaitu 1.500 cc dengan bahan bakar bensin atau nafta. Namun, meski bermesin besar tetapi tenaga kuda yang dihasilkan hanya 2,5HP saja pada 240rpm. Selain itu, sepeda motor ini belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel listrik.
Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan
mesinnya. Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan
rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu
teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan
berkarat. Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda
motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan
disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor
antik itu diboyong ke Museum Lalu Lintas (Museum Polisi) di Surabaya yang
kemudian pada tahun 1934 disumbangkan ke Museum Negeri Mpu Tantular di Sidoarjo
dengan nomer inventaris 10.81 kategori IPTEK namun memberikan deskripsi yang
berbeda, yaitu sebagai sepeda motor uap merk Daimler.
Pada 1899, di negeri ini juga sudah hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik beroda tiga itu juga digunakan untuk menarik wagon penumpang. Sepeda motor De Dion Bouton cukup terkenal di masanya. Sepeda motor lain terlihat pada tahun 1902 yang juga digunakan untuk menarik wagon yaitu sepeda motor Minerva buatan Belgia. Mesin Minerva saat itu juga dipesan dan digunakan pada merk motor lain sebelum bisa membuat mesin sendiri, diantaranya adalah Ariel Motorcycles di Inggris.
Pada 1906, Administratur Bantool (Bantul) di Yogyakarta juga terlihat mempunyai sepeda motor dan beberapa buah mobil. Pada masa itu, memang hanya orang Belanda dan Inggris serta disusul pribumi ningrat yang mempunyai kemampuan membeli sepeda motor pada masa-masa awal. Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 – 1926. R.S Stockvis & Zonnen Ltd merupakan salah satu perusahaan yang tercatat menyediakan suku-suku cadang motor dan mobil (juga mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika).
Tour de Java
Pengendara mobil di Indonesia masa itu ternyata tidak lepas dari gelegak kompetisi seperti pengendara di luar negeri. Mereka acap kali membuat catatan rekor perjalanan dan jalur yang dianggap umum saat itu adalah Batavia - Soerabaja. Tidak mau kalah dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor pun berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer. Namun, tidak seperti rute mobil yang dicatat secara rinci dalam sumber sejarah, rute sepeda motor agak umum. Hanya disebutkan dari Batavia kearah Bandung, Semarang, Blora, Tjepu, menuju Soerabaja..
Tanggal 7 Mei 1917, Gerrit de Raadt dengan mengendarai sepeda motor Reading Standard membukukan rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dalam waktu 20 jam dan 45 menit.
Sepuluh hari setelahnya, 16 Mei 1917, Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.
Rekor itu tidak bertahan lama. Sembilan hari sesudahnya, 24 Mei 1917, Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.
Rekor itu sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit pada tanggal 18 September 1917, dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.
Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, enam hari sesudahnya, 24 September 1917, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.
Gerrit de Raadt yang pertama kali membuat rekor 20 jam 45 menit kemudian memperbaiki rekor terakhirnya dengan sepeda motor Rudge pada 18 Agustus 1932 dengan catatan waktu 10 jam 1 menit atau tidak lebih dari setengah waktu rekor pertamanya. Saat inipun, menempuh Jakarta – Surabaya dalam waktu 10 jam mengendarai motor merupakan pencapaian yang tidak mudah. Sejak tahun 1934, rute Batavia-Soerabaja tidak lagi hanya melalui Bandung yang jaraknya 845 kilometer, tetapi juga melalui jalur utara (lewat Pamanukan) yang jaraknya lebih pendek 45 kilometer.
Pada tahun 1950, ribuan motor BMW masuk ke Indonesia dengan dua cara, yaitu lewat jalur pemerintah (hanya perwira yang diizinkan) dan lewat jalur swasta dengan membangun tempat pameran dan pemesanan. Di Bandung saat itu ada dua, yaitu NV Spemotri yang gedungnya saat ini menjadi Bank Niaga di Dago, dan CV Dennbarr di Simpang Lima Bandung. Yang paling banyak masuk Indonesia adalah BMW satu silinder 249 cc, yaitu R25, R26, dan R27. BMW menjadi semacam kendaraan resmi pembuka jalan acara kenegaraan seperti ketika mengawal masuknya bendera Merah Putih ke Bandung tanggal 28 September 1961. Varian langka BMW R51/2 500 cc keluaran 1952 diyakini hanya ada dua di Indonesia. Pada awal tahun 1960-an, skuter Vespa masuk Indonesia disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Honda, Suzuki, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki. Pada akhirnya, bagaimanapun, seperti juga terjadi di seluruh dunia, motor (mobil) Jepang akhirnya merajai pasar otomotif dunia.
Jumat, 24 Januari 2014
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan otomotif di Indonesia pada akhir abad 19 hingga sekarang ini
banyak dipengaruhi oleh produk – produk dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang. Hal ini terlihat pada perkembangan jumlah penjualan mobil mereka seperti
mobil Toyota dengan andalannya Toyota Kijang. Hal ini dikarenakan dari segi ilmu
pengetahuan kita mengenai teknologi otomotif kurang baik, produk – produk mereka
yang berkualitas baik dari segi bahan material, teknologi, desain, ketahanan
mereka, serta kurangnya peran pemerintah dalam perkembangan dunia otomoitf di Indonesia. Hal ini menyebabkan karya – karya anak bangsa sendiri tenggelam. Tidak seperti Negara Malaysia yang industri otomotifnya semakin maju karena peran pemerintah dan masyarakat yang peduli akan kemajuan industri otomotif mereka.
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan adanya wadah sebagai fungsi edukasi dimana
berisikan informasi dunia otomotif di Indonesia khususnya dan dunia internasional pada
umumnya sebagai perbandingan agar dapat memicu kreativitas yang ada pada diri
anak bangsa dan produksi dalam negeri kita. Untuk itu kita memerlukan tempat yang
memberikan informasi otomotif baik itu yang baru di produksi hingga yang telah menjadi
sejarah otomotif Indonesia seperti Indonesian Automobile Museum di Indonesia.
Adapun wadah edukasi tersebut adalah sebuah museum yang berisikan informasi
mengenai dunia otomotif di Indonesia dan dunia baik itu berupa informasi yang berbentuk
buku serta berisikan informasi berbentuk mobil atau galeri mobil.
Selain wadah edukasi, museum ini akan menjadi wadah tempat untuk pameran – pameran otomotif baik roda dua dan empat. Pameran ini berfungsi untuk menarik perhatian
masyarakat kota Medan untuk datang ke museum ini serta beberaoa hiburan alternative
seperti video game simulator, toko merchandise, serta restaurant/cafe dan fungsi layanan masyarakat lainnya.
Contoh gambar otomotif di indonesia :
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun tujuan dari proyek Indonesian Automobile Museum ini adalah :
• Sebagai tempat edukasi bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kota
Medan mengenai dunia otomotif yang telah berkembang di Indonesia sejak
kendaraan roda empat pertama kali ada di Indonesia hingga mobil yang paling maju
saat ini.
• Sebagai tempat pameran – pameran otomotif di Indonesia yang bertujuan untuk
menampilkan hasil kreativitas masyarakat Medan dan sebagai pemicu untuk menarik
masyarakat Medan agar datang ke Museum ini.
• Memberikan fasilitas dan acara hiburan yang berhubungan dengan otomotif seperti
nonton bersama event – event otomotif di restaurant ataupun cafĂ©.
• Membuat proyek Indonesian Automobile Museum ini sebagai bangunan yang
khusus untuk event - event otomotif yang mana biasanya event otomotif
diselenggarakan di Griya Dome ataupun di ruang – ruang luar.
1.3 PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang terdapat dalam perancangan proyek Indonesian Automobile Museum
ini adalah :
• Bagaimana menerapkan inovasi baik itu dalam bentuk dan teknologi ke bangunan,
dalam hal ini sesuai dengan tema futuristik.
• Bagaimana membuat jalur sirkulasi yang baik pada ruang luar dan dalam baik itu
untuk sirkulasi manusia dan sirkulasi untuk mobil yang akan dipamerkan.
• Bagaimana membuat agar bangunan ini dapat menarik perhatian masyarakat untuk
dapat datang sesering mungkin agar bangunan ini dapat hidup aktivitasnya sebagai
museum.
Langganan:
Postingan (Atom)